Minggu, 03 Mei 2009

Anak berbicara
Dibutuhkan waktu yang sangat lama agar seorang anak bisa menggunakan beberapa kata "konsep" dengan cara seperti "orang dewasa".
Kelima pasangan kalimat berikut ini menggunakan kata-kata sederhana betul, kapan, sampai/ datang, dan main dalam dua pengertian yang berbeda. Seorang anak kecil mungkin tidak akan ragu-ragu mengenali salah satu kalimat dari setiap pasangan kalimat tersebut sebagai sesuatu yang diucapkannya, sementara yang lain tidak. Ini bukan karena isi ucapan itu secara keseluruhan. Namun, itu karena makna kata-kata tersebut yang digunakan dalam kalimat. Seorang anak mungkin menggunakan kata-kata ini ketika masih kecil, tetapi kata-kata ini hanya digunakan dengan makna tertentu. Makna-makna lainnya baru dikuasainya nanti, dan member! kesan anak yang sudah lebih pandai sebagai orang dewasa.
Mana dari dua penggunaan ini, A atau B, yang tidak umum digunakan anak kecil?
1. A. Andi betul-betul tak tahu diri.
B. Betul, aku yang memakan kue itu.
2. A. Kapan Ayah pulang?
B. Aku akan ke rumahmu kapan-kapan.
3. A. Harganya tidak sampai seribu rupiah.
B. Akhirnya, kami sampai di kebun binatang

4. A. Hari ini dia tidak datang ke sekolah.
B. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa datang
.
5. A. Kalau sudah marah, dia suka main pukul saja.
B. Di sini tempat orang main bola.















JAWABAN:
A , B, A, B, A
Wanita lebih "seimbang" di bidang bahasa daripada pria
Berbagai argumen mengenai sumber perbedaan gender pada perilaku dan kinerja manusia sering terlalu disederhanakan dalam pembagian antara jalur "bawaan" vs. "lingkungan": apakah pria berasal dari Mars dan wanita dari Venus sebab mereka diciptakan secara berbeda, atau karena masyarakat telah menjadikan mereka begitu? .
Seperti dalam banyak hal, jawaban yang benar ada di tengah-tengah antara keduanya. Sementara banyak perbedaan gender ditentukan oleh budaya, semakin banyak kita belajar tentang struktur dan mekanisme otak manusia, semakin banyak bukti yang kita temukan bahwa sebagian perbedaan ini punya landasan biologis bawaan.
Kini sudah menjadi pengetahuan umum bahwa "area bahasa" otak terletak di belahan kiri. Sebuah penelitian yang dilakukan belum lama ini menunjukkan bahwa ini mungkin lebih tepat diterapkan untuk pria daripada wanita. Ketika pria mengerjakan tugas memecah kata-kata menjadi suara-suara tersendiri yang berbeda-beda, mereka sangat bergantung pada sisi kiri inferior frontal gyrus (girus depan inferior), yaitu area otak yang telah lama diketahui sebagai area khusus bahasa. Jika wanita mengerjakan tugas linguistik yang sama, mereka menggunakan kedua sisi otak secara sama banyaknya.
Penemuan penting ini dimungkinkan oleh adanya perkembangan teknologi baru yang dinamakan pencitraan resonansi magnetis fungsional (MRI, magnetic resonance imaging), yang memberikan gambaran visual tentang bagian-bagian otak yang menjadi aktif saat mengerjakan suatu tugas tertentu.
Untuk eksperimen ini, 19 pria dan 19 wanita tidak-kidal diberi tugas menilai-sajak, yang mengharuskan subjek untuk menentukan apakah dua kata yang tidak punya makna itu bersajak atau tidak. Karena kata-kata tak bermakna itu disajikan dalam bentuk tulisan, tugas tersebut membutuhkan pemrosesan visual dan ortografis (pengenalan huruf) serta pemetaan urutan huruf menjadi representasi fonologis (suara). Mereka juga diberi tugas untuk menilai apakah dua perangkat rangkaian huruf menunjukkan pola alternasi huruf kecil-huruf besar atau tidak.
Setiap kali wilayah-wilayah otak diaktifkan agar dua tugas itu tidak saling tumpang-tindih, wilayah-wilayah sisanya dikenali sebagai area-area yang bertanggung jawab untuk pemrosesan fonologis saja. Sementara pria menunjukkan rasio 11,7:5 aktivasi otak kiri-kanan di wilayah ini, rasio wanita terbagi relatif sama 9,4:12.

Suatu area bahasa yang barU

Suatu area bahasa yang barU

Area-area yang ditemukan oleh Broca dan Wernicke lebih dari seratus tahun yang lalu sebagai area yang sangat penting bagi bahasa terletak di sepanjang fisura .silvian belahan kiri—belahan yang membagi cuping temporal dari seluruh bagian korteks lainnya. Sejak itu, para ahli neurologi berasumsi bahwa semua area bahasa yang kritis di dalam otak—dengan perkecualian fungsi-fungsi yang
berkaitan dengan wacana yang baru saja disebutkan di atas—pasti berada di wilayah otak yang sama.
Penelitian baru yang dilakukan dengan bantuan citra CAT dan MRI telah mengungkapkan struktur yang sama sekali baru di dalam otak yang bertanggung jawab atas artikulasi percakapan. Wilayah itu, yang dinamakan insula, terletak di bawah cuping temporal dan cuping depan pada korteks kiri. Sebelumnya, insula dianggap bertanggung jawab terutama pada pemrosesan rasa, bau, penglihatan, dan suara pada manusia dan monyet.
Jika satu bagian tertentu monyet insula mengalami kerusakan, akibatnya timbul masalah yang dinamakan apraksia. Penderita apraksia kesulitan untuk memanipulasi susunan otot pembicaraan dalam urutan yang tepat dan dengan penetapan waktu yang tepat pula. Mereka akan mencari-cari urutan bunyi yang benar, kadang-kadang bahkan membetulkannya sekali tetapi kemudian tidak dapat melakukannya lagi.
Apraksia mudah dikacaukan dengan afasia Broca sebab kedua cacat itu menunjukkan dirinya dalam bentuk pembicaraan yang pelan dan susah payah, kesalahan artikulasi, dan penyampaian yang monoton. Namun, apraksia tidak mengandung ciri-ciri afasia Broca, yaitu agramatis (nongramatis). Apraksia mungkin juga dianggap menyerupai afasia Wernicke, yang juga melibatkan pemutarbalikan suara dalam kata-kata. Namun, tidak seperti afasia Wernicke, penderita apraksia tidak kesulitan untuk menemukan kata yang tepat atau dengan persepsi- atau pemahaman kata. Sebaliknya, kemampuan penderita apraksia mengenai kata-kata dan suara pembicaraan tetap normal sepenuhnya dan mereka benar-benar sadar akan artikulasi indra mereka sendiri—yang merupakan sumber frustrasi yang sangat besar.